Minggu, 03 Mei 2015

Ukhuwah, sepatu, dan Tuntutlah sesuatu

Ukhuwah, sepatu, dan Tuntutlah sesuatu
Oleh: Detha A. Fajri

Ukhuwah?

Bukankah 2 lagu tulus cukup merefleksikan ttg maknanya?
Tentang sepatu,
 
Ku senang bila diajak berlari kencang, tapi aku takut kamu kelelahan..
Aku tak masalah bila terkena Hujan, tapi aku takut km kedinginan...
Dan..

Tentang, jangan cintai aku apa adanya...
Tuntutlah sesuatu.. agar kita jalan kedepan...
Kau trima smua kurang ku..
Kau tak pernah marah bila ku salah..
Kau slalu mmuji apapun hsil tanganku yg tdk jarang payah..

Tapi.. skali lagi, jgn cintai aku apa adanya.. we need to grow up together, isn't it?
Tentang kebersamaan yang mmbangun,
Tentang cinta yg tak statis..
 
Karena ukhuwah diantara kita telah spakat tak memilih jatuh dalam cinta.. tapi memilih membangun ktika brtemu cinta..
Bukankah tingkatan trtinggi ukhuwah adalah itsar? Level dimana kita rela mnjadi lilin yg leleh utk mnerangi saudara kita.

"La yu'minu ahadukum, hatta yuhubba li akhihi maa yuhibbu linafsihi"

Bahkan pesan Rasul sangat tegas, bahwa tak lengkap puzzle iman kita jika tak mencintai saudara kita sperti kita cintai diri sndiri..

Akhirnya..
Bahkan Kita tak perlu perjuangkan ukhuwah..
Karena ia adalah konsekuensi dari iman..
Jika dalam ukhuwah ada serpihan patah..
Mungkin lembutnya hati terpasung dingin beku nya ego hewani..
Kita semua sama ,terpenjara dalam kesendirian, hanya saja ada yang terkurung di ruang gelap tanpa cahaya sementara yang lain menghuni kamar berjendela (Khalili Gibran)

Mari menjadi cahaya, minadzulumati ilannuur..
Mencerahkan tapi tak menyilaukan..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar